Rabu, 22 Juni 2011

Pembagian Logika

Logika menurut The Liang Gie (1980) dapat digolongkan menjadi lima macam, yaitu;
I. Logika Makna Luas dan Logika Makna Sempit
Menurut John C. Cooley, The Liang Gie membagi logika dalam arti yang luas dan dalam arti yang sempit. Dalam arti sempit, istilah dimaksud dipakai searti dengan logika deduktif atau logika formal. Sedangkan dalam arti yang lebih luas, pemakaiannya mencakup kesimpulan dari pelbagai bukti dan bagaimana system-sistem penjelasan disusun dalam ilmu alam serta meliputi juga pembahasan mengenai logika itu sendiri.
Dalam arti luas, logika juga dapat dipakai untuk menyebut tiga cabang filsafat sekaligus, seperti yang pernah dilakukan oleh Piper dan Ward;
a. Asas paling umum mengenai pembentukan pengertian, inferensi, dan tatanan (logika formal dan logika simbolis)
b. Sifat dasar dan syarat pengetahuan, terutama hubungan antara budi dengan objek yang diketahui, ukuran kebenaran, dan kaidah-kaidah pembuktian (epistemology)
c. Metode-metode untuk mendapatkan pengetahuan dalam penyelidikan ilmiah (metodologi)
II. Logika Deduktif dan Logika Induktif
Logika deduktif adalah ragam logika yang mempelajari asas penalaran yang bersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan kesimpulan sebagai keharusan dari pangkal pikirannya sehingga bersifat betul menurut bentuknya saja. Dalam logika ini, yang terutama ditelaah, yaitu bentuk dari bekerjanya akal, keruntutannya, serta kesesuaiannya dengan langkah dan aturan yang berlaku sehingga penalaran yang terjadi adalah tepat dan sah.
Logika induktif merupakan suatu ragam logika yang mempelajari asas penalaran yang betul dari sejumlah sesuatu yang khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi. Penalaran yang demikian ini digolongkan sebagai induksi. Induksi merupakan bentuk penalaran atau penyimpulan yang berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah hal kecil, atau anggota sesuatu himpunan, untuk tiba pada suatu kesimpulan yang diharapkan berlaku umum untuk semua hal, atau seluruh anggota himpunan tersebut, namun yang merupakan kesimpulan sesungguhnya hanya bersifat boleh jadi saja.
III. Logika Formal dan Logika Material
Mellone menyatakan bahwa logika deduktif disebut juga logika formal, sedangkan logika induktif kadang-kadang disebut logika material. Pernyataan ini tidak sepenuhnya betul, karena menurut Fisk, logika formal hanyalah suatu bagian dari logika deduktif, yakni bagian yang bertalian dengan perbincangan yang sah menurut bentuknya bukan menurut isinya.
Logika formal mempelajari asas, aturan, atau hukum berfikir yang harus ditaati, agar orang dapat berfikir dengan benar dan mencapai kebenaran. Logika material mempelajari langsung pekerjaan akal, serta menilai hasil logika formal dan mengujinya dengan kenyataan praktis yang sesungguhnya. Logika material mempelajari sumber dan asal pengetahuan, alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan, dan akhirnya merumuskan metode ilmu pengetahuan itu sendiri.
Logika formal dinamakan orang dengan logika minor, sedangkan logika material dinamakan orang logika mayor. Apa yang sekarang disebut logika formal adalah ilmu yang mengandung kumpulan kaidah-kaidah cara berfikir untuk mencapai kebenaran.
IV. Logika Murni dan Logika Terapan
Menurut Leonard, logika murni (pure logic) adalah ilmu tentang efek terhadap arti dari pernyataan dan sebagai akibatnya terhadap kesahan dari pembuktian tentang semua bagian dan segi dari pernyataan dan pembuktian kecuali arti tertentu dari istilah yang termuat di dalamnya. Logika murni merupakan suatu pengetahuan mengenai asas dan aturan logika yang berlaku umum pada semua segi dan bagian dari pernyataan tanpa mempersoalkan arti khusus dalam sesuatu cabang ilmu dari istilah yang dipakai dalam pernyataan dimaksud.
Logika terapan merupakan pengetahuan logika yang diterapkan dalam setiap cabang keilmuan, bidang filsafat, dan juga dalam pembicaraan yang mempergunakan bahasa sehari-hari. Apabila suatu ilmu mengenakan asas dan aturan logika bagi istilah dan ungkapan yang mempunyai pengertian khusus dalam bidangnya sendiri, ilmu tersebut sebenarnya telah mempergunakan sesuatu logika terapan dari ilmu yang bersangkutan, seperti logika ilmu hayat bagi biologi, dan logika sosiologi bagi sosiologi.
V. Logika Filsafati dan Logika Matematik
Logika filsafati dapat digolongkan sebagai suatu ragam atau bagian logika yang masih berhubungan erat dengan pembahasan dalam bidang filsafat, misalnya logika kewajiban dengan etika atau logika arti dengan metafisika. Adapun logika matematik merupakan suatu ragam logika yang menelaah penalaran yang benar dengan menggunakan metode matematik serta bentuk lambing yang khusus dan cermat untuk menghindarkan makna ganda atau kekaburan yang terdapat dalam bahasa biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar